SELAMAT DATANG KAWAND

MINTA SENYUMNYA DONG :-)

Senin, 06 Mei 2013

MAKALAH KESEGARAN JASMANI (kesehatan olahraga)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mensana in corporesano, didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pribahasa itu mengatakan bahwa seseorang yang mempunyani tubuh yang sehat maka orang itu akan mempunyai jiwa yang kuat, kesehatan seseorang mencerminkan kekuatan dalam dirinya. Untuk mencapai suatu keadaan sehat seseorang harus bisa melakuakan beberapa syarat untuk mencapai sehat yaitu salah satunya adalah berolahraga. Olahraga menyehatkan! Inilah ungkapan masyarakat. Masyarakat meyakini benar manfaat olahraga bagi kesehatan. Tetapi bagaimana olahraga dapat menyehatkan dan berapa berat orang harus melakukan olahraga untuk menjadi lebih sehat? Inilah masalah yang perlu diperjelas bagaimana tata-hubungan antara olahraga dengan kesehatan, bagaimana cara melakukan olahraga untuk kesehatan dan berapa berat olahraga harus dilakukan agar orang menjadi lebih sehat. Dengan berolahraga untuk mecapai sehat ada beberapa unsur yang harus di lakukan yaitu melakukan pemanasan sebelum memasuki inti, kegiatan inti dilakukan dengan frekuensi minimal 45 menit, dan setelah melakukan kegiatan ini dilanjutkan dengan pendinginan. Semua kegiatan ini harusdilakukan secara rutin, minimal 1 minggu 3 kali. Dengan latihan yang teratur seseorang pasti akan berada pada posisi sehat. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan? 2. Apa yang dimaksud dengan kebugaran jasmai? 3. Apa yang dimaksud latihan? C. Tujuan Manfaat dan Penulisan 1. Untuk mengetahui tentang kesehatan, kebugaran jasmani dan latihan 2. Agar pembaca dapat mengetahui begitu pentingnya kesehatan, kebugaran jasmani dan latihan bagi kehidupan. 3. Mengenal secara mendalam tentang kesehatan, kebugaran jasmani dan latihan   BAB II PEMBAHASAN A. Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. 1. Kesehatan Menurut Undang-Undang Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. b. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. c. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. d. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. e. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna 2. Tujuan Kesehatan Dalam Segala Aspek Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. 3. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain: a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia. c. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular. Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa: 1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. 3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem. 4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain. 5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya. 6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan. 7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja. 8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan. 4. Program Kesehatan a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular b. Kesehatan ibu dan anak c. Hygiene dan sanitasi lingkungan d. UKS e. Usaha kesehatan gigi f. Usaha kesehatan mata g. Usaha kesehatan jiwa dan mental h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat i. Usaha gizi j. Pemeriksaan pengobatan dan perawatan k. Perawatan kesehatan masyarakat l. KB m. Rehabilitasi n. Usaha-usaha farmasi o. Laboratoriom p. Statistik kesehatan q. Administrasi kesehatan masyarakat 5. Usaha Agar Badan Tetap Sehat. a. Pemeriksaan badan lengkap b. Pemeriksaan badan secara periodik c. Makan makanan yang sehat dan sempurna, baik kualitas, kuantitas, maupun sifat zat makan yang diperlukan. d. Cara dan waktu makan yang teratur e. Perumahan dan lindungan yang baik f. Gerak badan yang teratur g. Cukup rekreasi h. Berusaha mendapatkan sikap dan kebiasaan hidup sehat i. Cukup santapan rohani j. Memeriksa disi bila sakit. B. Kebugaran jasmani Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu senggangnya serta dalam keadaan darurat masih masih mampu melakukan pekerjaan yang terduga (kockey 1977). ada beberapa ahli memberikan pengertian sebagai berikut : Sadoso Sumosardjuno (1989 : 9) mendefinisikan Kesegaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. dengan kata lain Kesegaran jasmani dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukannya. Agus Mukhlolid (2004 : 3) menyatakan bahwa Kesegaran Jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja atau aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan. 1. Fungsi Kebugaran Jasmani Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dari hasil seminar kebugaran jasmani nasional pertama yang dilaksanakan diJakarta pada tahun 1971 dijelaskan bahwa fungsi kebugaran jasmani adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan kesanggupan daya kreasi serta daya tahan dari setiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja dalam pembangunan dan pertahanan bangsa dan negara. Dalam kesegaran jasmani ada bebrapa fungsi khusus, fungsi khusus ini dibagi menjadi 3 golongan yaitu: a. Golongan pertama yang berdasarkan pekerjaan Misalnya kebugaran jasmani bagi olahragawan untuk meningkatkan prestasi, kebugaran jasmani bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan kebugaran jasmani bagi pelajar untuk mempertinggi kemampuan belajar. b. Golongan kedua berdasarkan keadaan Misalnya kebugaran jasmani bagi orang-orang cacat untuk rehabilitasi, dan kebugaran jasmani bagi ibu hamil untuk mempersiapkan diri menghadapi kelahiran. c. Golongan ketiga berdasarkan umur Bagi anak-anak untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, dan kebugaran jasmani bagi orang tua untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Agus Mukholid, 2004 : 3). 2. Komponen Kebugaran Jasmani Kesegaran jasmani terdiri dari dua bagian, yaitu :Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (healtah related fitness)terdiri dari : daya tahan jantung paru (cardiorespiatory), kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, dan komposisi tubuh, dan Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related) terdiri dari : kecepatan, power, keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan reaksi (Mutohir dan Gusril, 2004 :72). Menurut Sadoso Sumosardjuno (1989 : 9), mengelompokkan Kesegaran jasmani dalam 4 komponen pokok diantaranya : a. Ketahanan jantung dan peredaran darah (cardiovascular endurance) b. Kekuatan (strength) c. Ketahanan otot (muscular endurance) d. Kelenturan (flexibility) Berdasarkan uraian di atas, dapat disarikan bahwa komponen-komponen pokok yang berkaitan dengan kesegaran jasmani, yaitu: a. Kesanggupan dan kemampuan (kapasitas) seseorang dalam melakukan tugas sehari-hari. b. Meningkatkan daya kerja terutama fungsi jantung, peredaran darah, paru dan otot. c. Tanpa mengalami kelelahan yang berarti, yakni : adanya pemulihan kembali. d. Masih memiliki cadangan energi e. Secara umum membantu peningkatan kualitas hidup seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah aspek-aspek kemampuan fisik yang menunjang kesuksesan seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupannya. Semakin tinggi tingkat Kesegaran jasmani seseorang, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan semakin besar pula untuk menikmati kehidupan. 3. Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani Untuk peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani tidak terlepas dari latihan jasmani yang membina keseimbangan unsur kesegaran jasmani. Untuk membina atau memelihara kesegaran jasmani, salah satu caranya adalah dengan melakukan latihan fisik atau latihan jasmani. Suatu latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, harus dilakukan menurut aturan atau cara tertentu. Hal ini berkaitan pula dengan jenis kegiatan jasmani yang terbagi dalam beberapa jenis, yaitu kegiatan yang bersifat aerobic (latihan yang membutuhkan oksigen) dan kegiatan yang bersifat anaerobic (latihan yang tidak membutuhkan oksigen), dan yang tergantung pada keterampilan. (Sadoso Sumardjuno, 1989 : 12) menyatakan bahwa untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani dengan baik, haruslah memenuhi tiga macam takaran, antara lain sebagai berikut : a. Intensitas latihan Intensitas latihan kesegaran jasmani berkisar antara 72 % - 87 % dari denyut nadi maksimal . artinya bagi seseorang yang umurnya 45 tahun, bila melakukan latihan, maka intensitas latihan yang dilakukan haruslah sampai denyut nadi mencapai paling sedikit 126 per menit (72% dari denyut nadi maksimal) dan paling tinggi 152 denyut permenit (87% dari denyut nadi maksimal). b. Lamanya Latihan Lama latihan yang baik dan tidak berbahaya harus berlatih mencapai zone latihan (traning zone) dan berada dalam zone latihan 15-25 menit. c. Takaran latihan Jika intensitas latihan lebih tinggi, maka waktu latihan dapat lebih pendek. Sebaliknya jika intensitas latihannya lebih kecil, maka waktu latihan harus lebih lama. Takaran lamanya latihan untuk olahraga kesehatan antara 20-30 menit dalam zone latihan, lebih lama lebih baik. Latihan-latihan tidak akan efisien atau kurang membuahkan hasil, kalau kurang dari takaran tersebut. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani a. Umur. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. b. Jenis Kelamin. Sampai puberitas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunayi nilai yang jauh lebih besar. c. Genetik. Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah dan serat otot. d. Makanan. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar. e. Rokok. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan. C. Latihan Banyak orang merasa berlatih tapi sebenarnya tidak. Hal ini disebabkan orang yang bersangkutan tidak memahami tentang latihan yang sebenarnya. Berdasarkan ciri-ciri pelatihan yang baik maka dapat dikemukakan pengertian atau definisi mengenai latihan sebagai berikut: latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan secara intensitas latihannya (Harsono 1992: 2). 1. Tujuan Latihan Menurut Harsono yang dikutip oleh Yusup Hadisamita (1996 : 126) Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semakin maksimalmungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan olah pelatih. a. Latihan fisik Latihan fisik ditunjukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi atlet, yang mencakup komponen-komponen fisik antara lain: kekuatan otot, daya tahan, kelentukan (fleksibilitas) stamina, kecepatan, power, stamina otot, agilitas, koordinasi keseimbangan dan lain-lain. b. Latihan tehnik Latihan untuk memahirkan tehnik-tehnik gerakan, misalnya tehnik menendang bola, melempar bola, menggiring bola, lompat tinggi, smesh dan lain sebagainya. Latihan tehnik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular. c. Latihan taktik Latihan untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet, pola-pola permainan, strategi, taktik pertahanan dan enyerangan, sehingga hampir tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regu kita dengan suatu bentuk serangan atau perthanan yang tidak kita kenal. d. Latihan mental Setiap pertandingan bukan hanya a battle of the body, akan tetapi juga a battle of mind, bahkan 70% adalha masalah mental dan hanya 30% masalah lainnya. Latihan mental lebih menekankan pada perkembangan maturasi (kedewasaan) atlit serta serta perkembangan emosional-impulsif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah dan lain sebagianya. Berlatih olahraga derbeda dengan berlatih aktifitas yang lainnya, dimana berlatih dalam olahraga itu harus benar-benar terstruktur atau terencana untuk mencapai hasil yang benar-benar maksimal. Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal dalam berolahraga perlu mengacu pada beberapa prinsip latihan, adapun prinsip-prinsip latihan itu sendiri yaitu: 2. Prinsip-Prinsip Latihan Seluruh program latiha sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip latihan (Bompa, 1990: 29): 1. Prinsip beban lebih Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlit. Atlit harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat yang bebanya diatas ambang rangsang . kalau beban latihann terlalu ringan (dibwah ambang rangsang), alaupun latihan sampai lelah berulang-ulang dan dengan waktu yang sangat lama, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai. Meskipun beban latihan lebih harus lebih berat, beban tersebut harus dalam batasbatas kemampuan atlit untuk mengatasinya. Kalu bebanya tidak memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut, hal itu juga dapat mengakibatkan cideera. 2. Prinsip perkembangan multilateral Prinsip perkembangan menyeluruh atau multilateral sebaiknya diterapkan pada atlit-atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam program kegiatan agar dengan demikian meraka memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak. Oleh karena itu berdasarkan teori tersebut, pelatih jangan terlalu cepat membatasi atlit dengan program latihan yang lebih menjurus prinsip multirateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada independensi (saling ketergantungan) antra semua organ dan sistem tubuh manusia, antara komponen-komponen biomotorik, proses-proses faali dengan psikologis. 3. Prinsip intensitas latihan Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlit dilatih atau berlatih dalam suatu program latihan yang intensif, diman pelatih secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan (repelition), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. 4. Prinsip kualitas berlatih Belatih secara intensif saja tidaklah cukup apabila latihan itu tidak berbobot, bermutu, nerkualitas. Orang bisa saja berlatih kersa sampai habis nafas dan tenaga, akan tetapi isi latihannya tidak bermutu. Latihan yang berkualitas adalah: a. Latihan benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlit. b. Koreksi yang tepat selalu diberikan kepada atlit c. Pengawasan secara detail dan setiap kesalahan selalu langsung diperbaiki d. Prinsip-prinsip overload se;a;u diterapkan. 5. Prinsip berfikir positif Banyak atlit yang tidak mau melakukan latihan berat yang melebihi ambang rangsangnya. Padahal tubuh manusia biasanya mampu untuk memikul beban yang lebih berat dari yang kita perkirakan. 6. Variasi dalam latihan Latiahn yang dilakukan dengan biasanya benyak menuntut waktu , pikiran, dan tenaga. Karena itu bukan mustahil latihan yang dilakukan secara terus menerus menimbulkan rasa bosan pada atlit. Kalau rasa bosan dan gairah sudah berkecambuk pada atlit maka gairah dan motivasinya akan turun atau bahkan hilang samasekali jelasa bahwa keadaan demikian dapat menyebabkan penurunan prestasinya. 7. Prinsip individualisi Tidak ada dua orang yang mukanya persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang secara fisiologis dan psikologis sama persis. Setiap orang mempunyai perbedaan individu masing-masing demikian juga setiap atlit berbeda kemampuan, potensi, dan karakter belajarnya. 8. Penetapan sasaran Sering kali setiap tim atau atlet tidak berlatih sungguh-sungguh atau kurang motivasinya untuk berlatih disebabkan tidak ada tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa atlit dan tim itu belatih. Oleh karena itu menetapkan sasaran dan tujuan sangatlah penting. 9. Prinsip perbaikan kesalahan Kalau atlit sering melakukan kesalahan gerak, maka pada waktu melakukan permaikan kesalahan tersebut pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Pelatih harus berusaha secara cermat untuk mencari dan menemukan sebab-sebab terjadinya kesalahan.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sehat itu mahal, mungkin ribahasa itu yang tepat untuk menggambarkan bahwa kesehatan itu benar-benar penting dalam suatu kehidupa, sehat adalah suatu nikmat yang diberikan tuhan kepada kita. Oleh karena itu kita harus menja kesehatan itu sendiri, ada suatu pribahasa yang mengatakan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Untuk mencapai suatu tubuh yang sehat tubuh kita harus bugar kebugaran jasmani atau kesehatan jasmani itu sendiri adalah suatu keadaan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai sisa cadangan tenaga untuk melakukan aktifitas lain. Melitah pengartian dari kesegaran jasmani sepertinya untuk mencapai tubuh yang bugar tidak mudah kita harus melakukan aktifitas fisik. Untuk bisa mencapai kebugaran jasmani kita harus berlatih secara teratur adapun prinsip-prinsip latihan itu sendiri dibagi menjadi 11 yaitu: (1) Prinsip Kesiapan (2) Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih (3) Prinsip Multilateral (4) Prinsip Multilateral (5) Prinsip Kekhususan (Spesialisasi) (6) Prinsip Individualisasi (7) Prinsip Beban Lebih (Overload) (8) Prinsip Variasi (9) Prinsip pemanasan dan pendinginan (10) Prinsip latihan jangka panjang (11)Prinsip Kembali Asal (Reversibility). Jadi bisa disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu keadaan sehat itu yang pertama kesegaran jasmani kita harus baik . Untuk mencapai suatu kesegaran jasmani yang baik kita juga harus mengacu pada prinsip-prinsip latihan dimana prinsip-prinsip itu dangan menentukan kita dalam melakukan kegiatan olahraga. B. Saran Dalam melakukan suatu aktifitas olahraga kita harus menerapkan prinsip-prinsip latihan denga kita menerapkan prinsip-prinsip latiahan maka ketercapaian kesegaran jasmani kita akan lebih baik dan kita bisa mencapai hidup sehat, maka dari itu antara kesehata, kesegaran jasmani dan prinsip-prinsip latihan saling berkaitan. Oleh karena itu kita harus mengacu pada ketiga hal tersebut.   DAFTAR PUSTAKA Bompa, Tudor (1993) theory and metodology of training dubuque, lowa : kendal/hunt publishing company Hadisamsita Yusuf (1996) ilmu kepelatihan dasar: departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi, Jakarta http://afand.cybermq.com/post/detail/6966/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kebugaran-jasmani http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/09/kesegaran-jasmani-pengertian-fungsi.html http://grandmall10.wordpress.com/2010/06/19/ilmu-kesehatan-olahraga/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan#Kesehatan_Menurut_Undang-Undanghttp://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.%20PRINSIP%20PRINSIP%20LATIHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf Sumarjo (2002) Diktat Pendidikan Kesehatan. Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta

Minggu, 31 Oktober 2010

Sepak Bola tanpa Tiga K

Ketika Rusia kehilangan kebanggaan akibat perestroika yang mereka jalankan, 
langkah yang dilakukan Presiden Valdimir Putin adalah membangun kembali 
persepakbolaan negeri itu. Di era Uni Soviet mereka pernah begitu dihormati dan 
memiliki pemain-pemain besar seperti Lev Yashin di tahun 1960-an atau Oleg 
Blokhin di tahun 1980-an. 

Tidak mudah memang membangun kembali kebesaran itu. Tidak cukup hanya dengan 
mengagungkan kebesaran di masa lalu, tetapi dibutuhkan sebuah kerja keras. 

Kerja keras yang dilakukan Rusia baru menemukan hasil pada 2008. Melalui 
sentuhan pelatih bertangan dingin asal Belanda Guus Hiddink, Rusia mampu 
menapaki kembali kelompok elite sepak bola Eropa dengan menembus semifinal 
Piala Eropa 2008. 

Kepemimpinan yang kuat dari asosiasi sepak bola menjadi faktor penentu kemajuan 
sepak bola sebuah negara. Pemimpin bukan hanya harus memiliki visi sepak bola 
yang jelas, melainkan harus melengkapi dengan Tiga C, yaitu character, 
competency, dan connection atau dalam bahasa Indonesia disebut Tiga K, yaitu 
karakter, kompetensi, dan koneksi. 

Karakter menjadi faktor yang paling penting karena sepak bola, seperti halnya 
cabang olahraga lainnya, berkaitan dengan pembinaan dan pembentukan generasi 
muda. Melalui sepak bola kita ingin membentuk anak-anak muda untuk memiliki 
sikap disiplin, sportif, jujur, hormat kepada yang namanya pelatih, mau bekerja 
sama, dan pantang menyerah. 

Pemimpin organisasi olahraga bukan sekadar pemimpin organisasi biasa, tetapi 
dia adalah anutan. Ia harus merupakan orang yang terhormat dan tanpa cacat 
karena ia akan menjadi pembina untuk generasi mendatang. 

Hal ini berlaku universal. Yang namanya pemimpin cabang olahraga, pada dirinya 
melekat peran pembina. Ketika pemimpin itu tidak menunjukkan karakter yang 
baik, secara sportif mereka akan meletakkan jabatannya untuk digantikan oleh 
mereka yang dianggap lebih baik. 

Itulah yang dilakukan Presiden Asosiasi Sepak Bola Serbia (FSS) Zvezdan Terzic. 
Karena diduga mengambil keuntungan dalam transfer pemain, Terzic memilih mundur 
dari jabatan. 

Ia secara sportif meletakkan jabatan pada 12 Maret 2008 karena ia tidak mau 
dirinya menjadi penghambat perkembangan sepak bola Serbia. "Saya bangga dengan 
apa yang telah saya lakukan untuk sepak bola Serbia, mulai sebagai pemain, 
direktur klub, hingga menjadi Presiden FSS. Namun, dengan kondisi yang sedang 
saya hadapi, tidak bisa lain kecuali saya mengundurkan diri dari jabatan saya," 
kata Terzic. 

Sengaja kita angkat contoh kasus Terzic untuk menunjukkan bahwa menjadi 
pemimpin asosiasi sepak bola bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri. 
Menjadi pemimpin asosiasi sepak bola bukan demi keharuman nama pribadi. Menjadi 
pemimpin asosiasi sepak bola adalah sebuah tanggung jawab membangun kebanggaan 
terutama bagi kaum muda agar menjadi kebanggaan bangsa dan negara. 

Inilah yang tidak dimiliki oleh kita. Terutama Ketua Umum Persatuan Sepak Bola 
Seluruh Indonesia (PSSI) yang menganggap jabatan yang diembannya sebagai hak 
pribadi. Ia lupa akan hak publik karena PSSI bukanlah perusahaan pribadi yang 
bisa dibuat sesuka hatinya. Ada pertanggungjawaban publik yang melekat pada 
jabatan tersebut. 

Apa tanggung jawab publik itu? Pertama, pembinaan kepada generasi muda. Ia 
harus menjadi contoh yang baik karena ia adalah anutan. 
Nurdin Halid harus mau mengakui bahwa dirinya tidak bisa menjadi anutan yang 
baik. Setidaknya kasus korupsi yang dilakukan dan telah dibuktikan bersalah 
oleh pengadilan menunjukkan bahwa ia bukanlah anutan yang baik bagi anak-anak 
muda. Kalau ia bekas seorang olahragawan seperti halnya Terzic, secara sportif 
seharusnya ia mengundurkan diri. 

Kedua, berkaitan dengan kompetensi yang tidak dimiliki. Sepanjang tujuh tahun 
kepemimpinannya prestasi sepak bola Indonesia tidak pernah bisa beranjak. 
Bahkan prestasi sepak bola nasional menjadi titik nadir di ajang SEA Games XXV 
di Laos. 

Buruknya prestasi sepak bola Indonesia juga bisa dilihat dari kualitas 
klub-klub ketika bertanding di ajang internasional. Klub-klub Indonesia bukan 
tidak mampu bersaing di ajang internasional, tetapi menjadi bulan-bulan klub 
lain. 

Hal itu diperparah dengan kompetisi yang sarat dengan permainan. Pengaturan 
skor begitu menonjol, di samping kompetisi yang sering diwarnai insiden, baik 
yang dilakukan pemain di lapangan maupun penonton di luar lapangan. 

Sepak bola di Indonesia tidak lagi menjadi kompetisi yang menghibur dan 
menyehatkan, tetapi sudah berubah menjadi tontonan yang menakutkan. Perusakan 
fasilitas publik begitu sering terjadi karena pimpinan sepak bola kehilangan 
kredibilitasnya. 

Faktor ketiga adalah koneksi. Pembinaan sepak bola sebagai pembinaan bangsa 
tidak mungkin dilakukan sendiri. Dibutuhkan adanya dukungan dari pemerintah 
untuk penyediaan infrastruktur, kalangan dunia usaha untuk pendanaan, dan 
masyarakat sebagai penopang keberhasilan. 

Ketidakmampuan pimpinan PSSI dalam membangun koneksi membuat institusi itu 
ibarat berjalan sendiri. Pemerintah tidak mendukung kegiatan PSSI karena sudah 
kehilangan kepercayaan pada pimpinannya. Demikian pula dengan kalangan dunia 
usaha yang enggan untuk ikut terlibat dalam pembiayaan sepak bola karena 
pertandingan sepak bola bukanlah kegiatan yang menghibur dan menyehatkan. 

Masyarakat sendiri merasa enggan mendukung sepak bola karena di samping 
prestasi yang tidak bisa dibanggakan, tidak ada manfaat yang bisa dipetik. 
Dalam konteks memberi hiburan, sama sekali tidak ada yang bisa diberikan dari 
pertandingan sepak bola di Indonesia. Yang ada hanyalah ketakutan, karena 
pertandingan sepak bola selalu diwarnai dengan kerusuhan. 

Dalam konteks itu saatnya PSSI harus melakukan perombakan besar-besaran. 
Terutama di sisi kepemimpinan, PSSI membutuhkan figur baru yang mampu 
membangunkan harapan. 

Kongres Sepak Bola Nasional yang akan digelar di Malang, Jawa Timur, pada 30 
dan 31 Maret merupakan momentum untuk melakukan perubahan besar. Semua pemangku 
kepentingan harus terbuka karena ini berkaitan dengan nasib persepakbolaan 
nasional kita ke depan. Tidak ada satu pun yang berhak untuk mengklaim menjadi 
pemilik sepak bola, apalagi mengatakan sebagai hak yang tidak bisa diganggu 
gugat. 

Sudah terlalu lama persepakbolaan Indonesia terpuruk. Terakhir pada 1991 ketika 
Tim Merah Putih keluar sebagai juara di SEA Games Manila. Kita harus bangkit 
kembali dengan kepemimpinan yang segar, ide yang segar, dan semangat yang 
segar, karena itulah kunci untuk membangun kembali kebanggaan. 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Suryopratomo" <suryo_prat...@yahoo.com>
Date: Wed, 31 Mar 2010 00:59:18 
To: <ipb-l...@yahoogroups.com>; <forum-pembaca-kom...@yahoo.groups.com>
Subject: [linkers] Sepak Bola dan Pemimpin

Sepak Bola tanpa Tiga K

Ketika Rusia kehilangan kebanggaan akibat perestroika yang mereka jalankan, 
langkah yang dilakukan Presiden Valdimir Putin adalah membangun kembali 
persepakbolaan negeri itu. Di era Uni Soviet mereka pernah begitu dihormati dan 
memiliki pemain-pemain besar seperti Lev Yashin di tahun 1960-an atau Oleg 
Blokhin di tahun 1980-an. 

Tidak mudah memang membangun kembali kebesaran itu. Tidak cukup hanya dengan 
mengagungkan kebesaran di masa lalu, tetapi dibutuhkan sebuah kerja keras. 

Kerja keras yang dilakukan Rusia baru menemukan hasil pada 2008. Melalui 
sentuhan pelatih bertangan dingin asal Belanda Guus Hiddink, Rusia mampu 
menapaki kembali kelompok elite sepak bola Eropa dengan menembus semifinal 
Piala Eropa 2008. 

Kepemimpinan yang kuat dari asosiasi sepak bola menjadi faktor penentu kemajuan 
sepak bola sebuah negara. Pemimpin bukan hanya harus memiliki visi sepak bola 
yang jelas, melainkan harus melengkapi dengan Tiga C, yaitu character, 
competency, dan connection atau dalam bahasa Indonesia disebut Tiga K, yaitu 
karakter, kompetensi, dan koneksi. 

Karakter menjadi faktor yang paling penting karena sepak bola, seperti halnya 
cabang olahraga lainnya, berkaitan dengan pembinaan dan pembentukan generasi 
muda. Melalui sepak bola kita ingin membentuk anak-anak muda untuk memiliki 
sikap disiplin, sportif, jujur, hormat kepada yang namanya pelatih, mau bekerja 
sama, dan pantang menyerah. 

Pemimpin organisasi olahraga bukan sekadar pemimpin organisasi biasa, tetapi 
dia adalah anutan. Ia harus merupakan orang yang terhormat dan tanpa cacat 
karena ia akan menjadi pembina untuk generasi mendatang. 

Hal ini berlaku universal. Yang namanya pemimpin cabang olahraga, pada dirinya 
melekat peran pembina. Ketika pemimpin itu tidak menunjukkan karakter yang 
baik, secara sportif mereka akan meletakkan jabatannya untuk digantikan oleh 
mereka yang dianggap lebih baik. 

Itulah yang dilakukan Presiden Asosiasi Sepak Bola Serbia (FSS) Zvezdan Terzic. 
Karena diduga mengambil keuntungan dalam transfer pemain, Terzic memilih mundur 
dari jabatan. 

Ia secara sportif meletakkan jabatan pada 12 Maret 2008 karena ia tidak mau 
dirinya menjadi penghambat perkembangan sepak bola Serbia. "Saya bangga dengan 
apa yang telah saya lakukan untuk sepak bola Serbia, mulai sebagai pemain, 
direktur klub, hingga menjadi Presiden FSS. Namun, dengan kondisi yang sedang 
saya hadapi, tidak bisa lain kecuali saya mengundurkan diri dari jabatan saya," 
kata Terzic. 

Sengaja kita angkat contoh kasus Terzic untuk menunjukkan bahwa menjadi 
pemimpin asosiasi sepak bola bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri. 
Menjadi pemimpin asosiasi sepak bola bukan demi keharuman nama pribadi. Menjadi 
pemimpin asosiasi sepak bola adalah sebuah tanggung jawab membangun kebanggaan 
terutama bagi kaum muda agar menjadi kebanggaan bangsa dan negara. 

Inilah yang tidak dimiliki oleh kita. Terutama Ketua Umum Persatuan Sepak Bola 
Seluruh Indonesia (PSSI) yang menganggap jabatan yang diembannya sebagai hak 
pribadi. Ia lupa akan hak publik karena PSSI bukanlah perusahaan pribadi yang 
bisa dibuat sesuka hatinya. Ada pertanggungjawaban publik yang melekat pada 
jabatan tersebut. 

Apa tanggung jawab publik itu? Pertama, pembinaan kepada generasi muda. Ia 
harus menjadi contoh yang baik karena ia adalah anutan. 
Nurdin Halid harus mau mengakui bahwa dirinya tidak bisa menjadi anutan yang 
baik. Setidaknya kasus korupsi yang dilakukan dan telah dibuktikan bersalah 
oleh pengadilan menunjukkan bahwa ia bukanlah anutan yang baik bagi anak-anak 
muda. Kalau ia bekas seorang olahragawan seperti halnya Terzic, secara sportif 
seharusnya ia mengundurkan diri. 

Kedua, berkaitan dengan kompetensi yang tidak dimiliki. Sepanjang tujuh tahun 
kepemimpinannya prestasi sepak bola Indonesia tidak pernah bisa beranjak. 
Bahkan prestasi sepak bola nasional menjadi titik nadir di ajang SEA Games XXV 
di Laos. 

Buruknya prestasi sepak bola Indonesia juga bisa dilihat dari kualitas 
klub-klub ketika bertanding di ajang internasional. Klub-klub Indonesia bukan 
tidak mampu bersaing di ajang internasional, tetapi menjadi bulan-bulan klub 
lain. 

Hal itu diperparah dengan kompetisi yang sarat dengan permainan. Pengaturan 
skor begitu menonjol, di samping kompetisi yang sering diwarnai insiden, baik 
yang dilakukan pemain di lapangan maupun penonton di luar lapangan. 

Sepak bola di Indonesia tidak lagi menjadi kompetisi yang menghibur dan 
menyehatkan, tetapi sudah berubah menjadi tontonan yang menakutkan. Perusakan 
fasilitas publik begitu sering terjadi karena pimpinan sepak bola kehilangan 
kredibilitasnya. 

Faktor ketiga adalah koneksi. Pembinaan sepak bola sebagai pembinaan bangsa 
tidak mungkin dilakukan sendiri. Dibutuhkan adanya dukungan dari pemerintah 
untuk penyediaan infrastruktur, kalangan dunia usaha untuk pendanaan, dan 
masyarakat sebagai penopang keberhasilan. 

Ketidakmampuan pimpinan PSSI dalam membangun koneksi membuat institusi itu 
ibarat berjalan sendiri. Pemerintah tidak mendukung kegiatan PSSI karena sudah 
kehilangan kepercayaan pada pimpinannya. Demikian pula dengan kalangan dunia 
usaha yang enggan untuk ikut terlibat dalam pembiayaan sepak bola karena 
pertandingan sepak bola bukanlah kegiatan yang menghibur dan menyehatkan. 

Masyarakat sendiri merasa enggan mendukung sepak bola karena di samping 
prestasi yang tidak bisa dibanggakan, tidak ada manfaat yang bisa dipetik. 
Dalam konteks memberi hiburan, sama sekali tidak ada yang bisa diberikan dari 
pertandingan sepak bola di Indonesia. Yang ada hanyalah ketakutan, karena 
pertandingan sepak bola selalu diwarnai dengan kerusuhan. 

Dalam konteks itu saatnya PSSI harus melakukan perombakan besar-besaran. 
Terutama di sisi kepemimpinan, PSSI membutuhkan figur baru yang mampu 
membangunkan harapan. 

Kongres Sepak Bola Nasional yang akan digelar di Malang, Jawa Timur, pada 30 
dan 31 Maret merupakan momentum untuk melakukan perubahan besar. Semua pemangku 
kepentingan harus terbuka karena ini berkaitan dengan nasib persepakbolaan 
nasional kita ke depan. Tidak ada satu pun yang berhak untuk mengklaim menjadi 
pemilik sepak bola, apalagi mengatakan sebagai hak yang tidak bisa diganggu 
gugat. 

Sudah terlalu lama persepakbolaan Indonesia terpuruk. Terakhir pada 1991 ketika 
Tim Merah Putih keluar sebagai juara di SEA Games Manila. Kita harus bangkit 
kembali dengan kepemimpinan yang segar, ide yang segar, dan semangat yang 
segar, karena itulah kunci untuk membangun kembali kebanggaan. 
http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/msg103927.html